Monthly Archives: Juli 2012

Pilgub Sulsel, Uji Peran Partai Politik

MAKASSAR – BAROMETER RAKYAT NEWS: Hasil putaran pertama pilgub DKI Jakarta’ menggambarkan bahwa peran figur seorang calon lebih memikat pemilih, tetapi tentulah peran partai politik ikut menentukan, Jokowi-Ahok yang diusung PDIP dan GERINDRA, mampu mengungguli partai-partai besar yang lain seperti, golkar, demokrat, pks, pan, ppp, pkb, dan hanura.

 

Menurut Direktur Eksekutif (IPI) Indeks Politica Indonesia Dan Direktur Riset & Strategi Pemenangan Pilkada (LI) Latin Institute, Suwadi Idris Amir, keunggulan jokowi-ahok karna mereka diusung partai yang punya platpon yang sama dengan mereka. Sosok jokowi yang dianggap berhasil menata kota solo tanpa harus mengorbankan kepentingan rakyat kecil dan juga sosok Ahok yang selama menjadi kepala daerah juga mampu membangun daerah yang dipimpinnya. Seperti kita ketahui partai pengusung mereka, PDIP yang selama ini mengklaim partainya digaris terdepan memperjuangkan wong cilik, dan partai Gerindra dengan program ekonomi kerakyatan. Kedua partai yang memilih menjadi partai opisisi dianggap cukup berprestasi menjadi penyeimbang partai-partai yang pro pemerintah.

Menurut Suwadi, masyarakat DKI memperlihatkan kita bahwa kinerja partai pemerintah dianggap belum mampu meyakinkan publik bahwa mereka ini tulus memperjuangkan kepentingan rakyat, sehingga mereka tidak lagi percaya kepada calon yang mereka usung dipilgub DKI.

Tetapi Menurut Suwadi’ pilgub DKI tidak sama dengan pilgub sulsel, kalau di DKI Jakarta Partai golkar dipecundangi, disulsel butuh kerja keras partai-partai lain untuk menaklukkan partai beringin, karna sampai hari ini partai golkar masih tertinggi presentase hasil surveinya terkait pilihan partai yang disukai masyarakat sulsel menurut hasil survei IPI Indeks politica Indonesia, 52 % masyarakat sulsel menyatakan partai golkar masih yang terbaik dibanding partai-partai lain.

Lanjut Menurut Suwadi, Kekalahan Ketua golkar Amin Syam 2007 lalu karna dia berhadapan sesama kader gokar walaupun diusung partai lain, sehingga pilgub 2007 lalu, masyarakat melihat program kedua kader golkar yang bertarung saat itu.

Berbeda pilgub kali ini sampai hari ini belum ada tanda-tanda perpecahan yang signifikan di internal partai berlambang pohon beringin ini, dan kalau SAYANG mampu mempertahankan kondisi itu, maka butuh keajaiban lawan-lawannya menumbangkan paket incumbent ini, Tutur analisis Suwadi.

PENYEBAB TINGGINYA SWINGT VOTER DALAM SETIAP PENELITIAN.

MAKASSAR – BAROMETER RAKYAT NEWS: Beda lembaga beda data, itulah yang sering terjadi dalam sebuah penelitian ilmiah, tetapi kaitan dengan survei politik atau ekonomi, Menurut Direktur Eksekutif (IPI) Indeks Politica Indonesia Dan Direktur Riset & Strategi Pemenangan Pilkada (LI) Latin Institute’ Suwadi Idris Amir, Lembaga kami punya pengalaman dan padangan tersendiri, dengan tidak bermaksud mengganggu atau mengkritisi lembaga yang lain.

Menurut Suwadi, Sebenarnya pola pengambilan sampel, cendrung hampir sama, cuma yang banyak berbeda di tingkat pengawasan lapangan dan instrumen penelitian. Menurut Suwadi, kecendrungan sebuah penelitian kalau menghasilkan, swingt voter yang tinggi bukan sepenuhnya karna masyarakat atau responden belum mau memberikan jawaban terhadap objek masalah yang kita teliti, tetapi juga faktor yang paling sering mempengaruhi adalah: malasnya surveyor memprobing pertanyaan dan juga tidak kuatnya instrumen penelitian sebuah lembaga, karna selam 6 tahun lembaga kami aktif melakukan penelitian diberbagai propinsi dan kabupaten/kota diindonesia, kami tidak pernah mendapat kesulitan dalam mencari data informasih menggunakan kosuener’ hampir dalam satu kali penelitian jarang sekali lembaga kami menghasilkan swingt voter diatas 17 %,

karna menurut pengalaman saya sewaktu masih menjadi peneliti/surveyor’ sebenarnya faktor kemalasan yang dominan membuat seorang surveyor tidak mendapatkan informasih yang banyak, kedua pola pertanyaan kosuener juga harus mampu dipahami responden pada saat kita melakukan wawancara, makanya sebuah lembaga harus mampu membuat penelitinya militan, dengan membekali mereka pelatihan-pelatihan khusus dan sistematis terhadap penelity/surveyor’ agar surveyor betul-betul memahami isi dan keinginan sebuah instrumen pertanyaan.

Menurut Suwadi, alangkah ruginya sebuah lembaga kalau melakukan penelitian dan hasilnya menghasilkan swingt voter diatas 30%, apalagi pemesan data dari sebuah institute atau seorang calon kepala daerah, karna mereka harus kerja dua kali bahkan bisa sampai tiga untuk mendapatkan data yang  riil, dan itu menyebabkan membengkaknya biaya anggaran penelitian.