Category Archives: Sejarah

Jejak Para Surveyor

Menelusuri bukit demi bukit dalam kegelapan malam, terik mentari  serta dinginnya udara malam, adalah kisah perjalanan keseharian para surveyor , namun hal itu hanyalah bumbu dari sebuah perjalanan mencari  jejak –jejak informasi keseharian masyarakat yang akurat, di sinilah aku temukan arti sebuah kehidupan, sari dari sebuah parsahabatan, manusia-manusia  baja yang tangguh dalam menjalani hidup, pantang menyerah dalam sebuah keadaan apapun serta sulitnya medan hanyalah di jadikan sebagai sarana rekreasi, sedikitpun tak pernah takut dalam gelap dan kesunyian malam, lolongan anjing malam menjadi teman setia dalam mengiringi perjalanan untuk menyelesaikan tugas dan tanggung jawab hari ini. dikala fajar mulai menepi pertanda akan di mulainya sebuah perjuangan, dan di saat merdunya bunyi jangkrit mulai diperdengarkan, rasa galau mulai menyelimuti hati teman-teman tentang tugas dan tanggungjawab hari ini mungkinkah bisa kita selesaikan, tetapi inilah jiwa para surveyor , yang tak pernah menyerah akan semuanya, demi mendapatkan sebuah informasi yang akurat dari sebuah penelitian. Hidup menelusuri berbagai karakter masyarakat kabupaten sinjai, sampai ke pelosok paling ujung,banyak memberi arti dari sebuah kehidupan masyarakat, yang sangat bersebelahan dengan kehidupan kota yang serba medern, kendaraan lalu lalang,music terdengar diamana-mana, warna- warni lampu menghiasa segala penjuru kota, tetapi tidak seperti apa yang kami jumpai di beberapa desa terjauh di kabupaten sinjai, pelita dari minyak tanah adalah pengganti dari listrik yang mereka dambakan, jalan yang berbatu dan berlumpur adalah pengganti dari aspal yang hanya jadi impian belaka selama 10 tahun menunggu janji-janji  dari para penebar janji penguasa negeri ini. Impian hanyalah tinggal impian dari warga, entah siapa yang mampu mewujudkan mimpi mereka, maka dialah yang menjadi ikon sejarah di negeri ini,namun selama ini mereka hanya bisa menjadi penonton dari indahnya sebuah pentas politik negeri ini, tak ada yang bisa dia nikmati dari kekayaan negeri ini, jalan yang berbatu dan berlumpur, listrik yang tidak ada, masjid yang masih berdinding kayu, KTP,KK, Akte yang masih di bayar mahal, raskin yang masih harus dia beli, inilah yang termasuk fenomena alam yang sudah biasa, bagaikan badai gurung pasir yang tak pernah berhenti, meski kemarau panjang telah berganti dengan musim hujan,  hanya inilah yang bisa dinikmati dari kekeyaan negeri ini.

di Tulis oleh : Surveyor Tajuddin

Menelusuri Jejek Keseharian Warga Kec.Kajuara Bone

Disaat aku menapaki jejak budaya yang ada di Kecamatan Kajuara, banyak hal yang berbeda yang aku temui dari kehidupan sehari-hari masyarakatnya, sebab daerah ini tergolong daerah yang masih mempertahankan adat istiadatnya turun temurun, kepercayaan tentang mitos-mitos alam yang masih kental,maka inilah yang membuat daerah ini berbeda dengan daerah yang ada di Kabupaten lain, diKecamatan Kajuara desa Mallahae misalnya, dalam sebuah acara hajatan/syukuran di daerah ini masih sangat kental mempertahankan rasa kebersamaan dengan warga yang lainnya, seperti, disaat ada warga yang membuat hajatan/syukuran habis panen padi, akan mengundangan warga terdekat untuk makan bersama, tetapi sebalumnya dilakukan dulu ritual pembacaan doa sambil bakar Dupa oleh orang yang sudah berpengalaman yang selama ini telah di percaya, tujuan ritual ini adalah meminta sesuatu keberkahan dari para leluhurnya, dan persembahan makanan kepada keluarga yang telah meninggal,begitupun juga dengan acara-acara lainya, ritual-ritual seperti ini tetap di pertahankan, itulah warga tetap setia mempertahankan hal-hal seperti ini,sebab sebagian besar masyaraknya masih sangat mempercayai dengan hal-hal mistik, misalnya sesuatu benda yang di anggap keramat, atau sesuatu tempat yang masih disakralkan, serta labih banyak mengkaitkan sesuatu kejadian sehari-hari melanda warga setempat dengan hal-hal mistik yang ada di kampung, semisal ada orang sakit warga lebih banyak mempercayai kalau itu adalah perbuatan mahluk yang di anggap menakutkan dengan kata lain ”Parakang”ataupun mengaitkan tentang suatu tempat yang di sakralkan bahwa si orang itu sakit karna di ganggu oleh penjaganya, ataupun mengaggap dia telah di ganggu oleh roh para leluhurnya, “keluaraga yang telah meninggal”meski hal ini sangat bertengtangan dengan ajaran Islam yang sengguhnya, bahwa seorang mulim tidak boleh mempercayai sesuatu benda itu, kecuali kepada allah swt, karna di anggap Musyrik. Dan hal ini sudah manjadi tradisi turun temurun. Sepertinya tidak lengkap sesuatu keseharian jika tidak di kaitkan dengan hal mistik, begitupula dengan sebuah hajatan,tidak lengkap jika tidak melakukan sebuah ritual. “Pembacaan do’a kepada leluhur serta bakar dupa.”

Namun hal yang paling menonjol kehidupan sehari-hari di daerah ini adalah perbedaan starata sosial masyarakanya, dimana masih berbeda dengan orang keturunan Bangsawan (Petta,Puang) dengan orang biasa, orang Bangsawan (Petta,Puang) itu cenderung mendapatkan perlakuan istimewa di bandingkan dengan warga biasa, misalnya dalam sebuah acara undangan hajatan, Petta & Puang-puang mendapat tempat yang lebih istimewa duduk di baris paling atas, ataupun suguhan tempat makan dan minum yang berbeda, piringnya berbentuk mangkok mempunyai pelapis serta tempat minum “cangkir”  yang mempunyai penutup lebih besar dari warga biasa. Bahkan kita bisa membedakan dari setelan barpakain orang bangsawan di saat menghadiri hajatan, pada umumnya pria yang sudah berkeluarga menggunakan setelan jas dengan sarung dilengkapi dengan peci di kepala.

Kita juga bisa membedakan dari bangunan fisik Rumah para Petta,Puang didepan rumahnya pada umumnya menggunakan baruga yang berbentuk rumah mungil dengan atap yang berbentuk prisma di sebut dengan “timpa laja” begitupun juga dengan bangunan rumah atapnya berbentuk prisma di sebut juga dengan “timpa laja” .

Di tulis Oleh: Amatory